Pi
alias 3,14 sudah tak asing. Hampir setiap orang pernah memakainya,
setidaknya semasa sekolah untuk menghitung luas lingkaran atau volume
bola.
Meski
demikian, tak banyak yang tahu tentang Pi, proses penemuannya hingga
misteri yang sampai sekarang belum terpecahkan. Banyak yang cuma
menggunakan atau menghafalkannya, tanpa memaknai.
Rabu
(14/3/2012) adalah waktu yang tepat untuk mengenal Pi. 14 Maret selalu
diperingati sebagai Pi Day. Tanggal ini dipilih sebab dalam format
penulisan bulan/tanggal (3/14) tepat merepresentasikan Pi.
Pi
telah dikenal selama 4000 tahun. Pi merepresentasikan hubungan antara
keliling dan diameter lingkaran. Meski demikian, belum diketahui siapa
yang sebenarnya menemukan Pi.
Angka
Pi yang dikenal saat ini, 3,14, adalah pembulatan. Sebenarnya, angka Pi
adalah 3,141592653.... Ujung Pi, alias angka desimal dari Pi belum
ditemukan.
Perlombaan menemukan Pi yang seakurat mungkin alias sebanyak-banyaknya angka di belakang koma dalam Pi adalah salah satu yang menarik untuk diamati.
Masyarakat
Babilonia yang melakukan penghitungan menyebutkan bahwa angka Pi adalah
sedikit lebih besar dari 3. Besarnya kira-kira 3 1/8 atau 3,125.
Sementara,
matematikawan Mesir melakukan penghitungan lagi dan menemukan bahwa Pi
adalah 3,16049. Kedua angka tersebut tentu saja belum akurat.
Matematikawan
Yunani, Archimedes of Syracrus (287-212 SM), mulai mendekati
keakuratan. Dengan menggunakan poligon, ia menyatakan bahwa Pi adalah
3,1485.
Di
belahan timur, matematikawan Cina Zhu Chongzhi (429-500 M), semakin
mendekati keakuratan. Ia menyatakan dalam pecahan bahwa Pi adalah
355/113 atau 3,1415929.
Kemajuan
pencarian Pi mulai terjadi abad 15 dan 17. Matematikawan India
(Madhava) dan Jerman (Gottfried Leibniz) menemukan seri Madhava-Leibniz.
Pi dinyatakan hingga 11 angka di belakang koma.
Tahun
1707, mulailah diperkenalkan lambang Pi dalam aksara Yunani. William
Jones, matematikawan dari Welsh, adalah yang mengenalkannya. Meski
demikian, lambang itu baru dipopulerkan oleh Leonhard Euler pada 1737.
Hingga
sebelum era komputer, perhitungan Pi yang paling akurat adalah yang
dilakukan D.F Ferguson. ia berhasil menghitung nilai Pi hingga 620 angka
di belakang koma.
Pada
era selanjutnya, kemajuan besar diperoleh. Tahun 1947, perhitungan
dengan kalkulator membuahkan hasil nilai Pi hingga 710 angka di belakang
koma.
Sementara
itu, Takahashi Kanada pada tahun 1999 berhasil menghitung hingga
206.158.430.000 angka di belakang koma dengan Hitachi SR800. Tim
Universitas Tokyo berhasil menghitung hingga 1.241.100.000.000 angka di
belakang koma.
Rekor
terbaru dipegang oleh oleh Shigeru Kondo dan Alexander Yee yang dengan
superkomputernya berhasil menghitung Pi hingga 5 triliun angka di
belakang koma. Kondo
dan Yee membutuhkan waktu 90 hari untuk menghitung Pi hingga 5 triliun
angka di belakang koma. Sebanyak 20 hard disk eksternal dibutuhkan.
Verfikasi membutuhkan waktu 68 jam.
Hingga
kini, ujung dari Pi belum ditemukan. Bahkan, Pi mungkin tak memiliki
ujung. Satu per satu rekor penghitungan Pi akan terkalahkan seiring
waktu.
Sementara
Pi masih digemari oleh berbagai kalangan, kini dikenal pula Tau. Nilai Tau
adalah 2 kali Pi, alias sekitar 6,28. Bilangan ini mulai dikenalkan
sejak tahun 2001 dan mulai mendapat banyak dukungan.
Tau
dianggap memiliki kelebihan dibanding Pi. Salah satunya, Tau dianggap
lebih mudah dipahami dibanding Pi sehingga membantu awam dalam
memahaminya.
Entah
Pi atau Tau yang dipilih, peringatan Hari Pi bisa menjadi kesempatan
bagi siapa pun, terutama oranguta dan pendidik, untuk mengenalkan
matematika.
Ada
banyak cara untuk merayakannya. Massachusets Institute of Technology,
misalnya, mengirimkan surat keputusan pada calon mahasiswa pada Pi Day
pukul 6.28 waktu setempat. Ini semacam kompromi antara Tau dan Pi.
Di
Indonesia, beragam kegiatan sederhana bisa dilakukan. Permainan yang
membantu mengkomunikasikan konsep Pi bisa dilakukan di kelas atau di
rumah.
sumber : kompas dan wikipedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar