Amelia
Mary Earhart tidak jelas nasib dan keberadaannya sekitar 75 tahun
lalu. Pilot perempuan pertama yang melintasi Samudera Atlantik ini
menghilang bersama pendamping navigasinya, Fred Noonan.
Ketika berusia 10 tahun, Amelia Mary Earhart melihat pesawat kali pertama dalam festival di tempat dia tinggal. Sayang, pengalaman pertamanya itu tidak berkesan.
"Itu seperti kawat usang dan kayu. Terlihat sangat tidak menarik," ujar Earhart seperti dilansir dari Ameliaearhart.com.
Hampir satu dekade berlalu, Earhart baru menunjukkan keseriusannya pada bidang dirgantara. Pameran akrobatik pesawat sanggup menarik hatinya. Seorang pilot yang melihat Earhart dan temannya sedang menyaksikan aksi akrobatik pesawat itu menggerakkan pesawat ke arahnya. Ketika pesawat menukik, Earhart tiba-tiba merasa terpanggil.
"Saya tidak mengerti saat itu. Tapi, saya percaya pesawat kecil berwarna merah itu berkata kepada saya," ujarnya.
Pada 28 Desember 1920, pilot Frank Hawks memberikan tumpangan yang mengubah hidup Earhart. "Pada saat saya terbang dua atau tiga ratus kaki di atas tanah, saya sadar saya harus terbang," imbuhnya.
Kendati diganjal masalah finansial dan pandangan negatif masyarakat saat itu, Earhart yakin bisa berhasil. Dia menyimpan kliping berita tentang perempuan sukses di bidang yang didominasi para pria saat itu seperti teknik mesin dan hukum.
Earhart mengambil kursus penerbangan pertamanya pada 3 Januari 1921. Dalam enam bulan, dia sanggup menabung untuk membeli pesawatnya sendiri. Pesawat Kinner Airster bekas itu memiliki dua tempat duduk dengan cat kuning cerah. Earhart menamakannya Canary. Pesawat ini menemaninya mencatat rekor dunia sebagai perempuan pertama yang terbang di ketinggian 14.000 kaki.
Pilot perempuan ini mendapat tantangan bersejarah pada April 1928. Earhart diminta menjadi perempuan pertama yang terbang melintasi Samudera Atlantik. Dia terbang pada 17 Juni 1928 menggunakan Fokker F7 dan selamat mendarat 21 jam kemudian. Tiga perempuan telah meninggal sebelumnya untuk memecahkan rekor itu.
Tidak Hilang Tiba-tiba
Terkait hilangnya Earhart dan Noonan tahun 1937 silam, Yayasan nirlaba arkeologi penerbangan The International Group for Historic Aircraft Recovery (TIGHAR) melaporkan hasil penelitiannya pada Jumat lalu. Mereka menyimpulkan Earhart dan Noonan kehabisan bahan bakar dan tidak dapat menemukan titik berhenti yang dijadwalkan selanjutnya, Pulau Howland.
Mereka melaporkan posisi dengan radio. Keduanya mendarat di atas karang Pulau Gardner, sebuah karang kecil atol yang kini dikenal sebagai Pulau Nikumaroro.
Berbekal bahan bakar yang tersisa, dia berusaha menyalakan mesin untuk mengisi baterai. Mereka memberi sinyal darurat selama beberapa hari hingga pesawat bermesin ganda Lockheed Electra tersapu gelombang tinggi.
TIGHAR menggunakan peralatan yang tidak tersedia pada 1937 yakni sistem manajemen informasi digital, perangkat lunak pemodelan antena, dan program radio propagasi analisis gelombang. Tim ini menyimpulkan 57 dari 120 sinyal dilaporkan kredibel untuk memastikan posisi terakhir Earhart di Pulau Nikumaroro.
"Amelia Earhart tidak tiba-tiba menghilang pada 2 Juni 1937," ujar Direktur Eksekutif TIGHAR, Richard Gillespie kepada Discovery News.
Ketika berusia 10 tahun, Amelia Mary Earhart melihat pesawat kali pertama dalam festival di tempat dia tinggal. Sayang, pengalaman pertamanya itu tidak berkesan.
"Itu seperti kawat usang dan kayu. Terlihat sangat tidak menarik," ujar Earhart seperti dilansir dari Ameliaearhart.com.
Hampir satu dekade berlalu, Earhart baru menunjukkan keseriusannya pada bidang dirgantara. Pameran akrobatik pesawat sanggup menarik hatinya. Seorang pilot yang melihat Earhart dan temannya sedang menyaksikan aksi akrobatik pesawat itu menggerakkan pesawat ke arahnya. Ketika pesawat menukik, Earhart tiba-tiba merasa terpanggil.
"Saya tidak mengerti saat itu. Tapi, saya percaya pesawat kecil berwarna merah itu berkata kepada saya," ujarnya.
Pada 28 Desember 1920, pilot Frank Hawks memberikan tumpangan yang mengubah hidup Earhart. "Pada saat saya terbang dua atau tiga ratus kaki di atas tanah, saya sadar saya harus terbang," imbuhnya.
Kendati diganjal masalah finansial dan pandangan negatif masyarakat saat itu, Earhart yakin bisa berhasil. Dia menyimpan kliping berita tentang perempuan sukses di bidang yang didominasi para pria saat itu seperti teknik mesin dan hukum.
Earhart mengambil kursus penerbangan pertamanya pada 3 Januari 1921. Dalam enam bulan, dia sanggup menabung untuk membeli pesawatnya sendiri. Pesawat Kinner Airster bekas itu memiliki dua tempat duduk dengan cat kuning cerah. Earhart menamakannya Canary. Pesawat ini menemaninya mencatat rekor dunia sebagai perempuan pertama yang terbang di ketinggian 14.000 kaki.
Pilot perempuan ini mendapat tantangan bersejarah pada April 1928. Earhart diminta menjadi perempuan pertama yang terbang melintasi Samudera Atlantik. Dia terbang pada 17 Juni 1928 menggunakan Fokker F7 dan selamat mendarat 21 jam kemudian. Tiga perempuan telah meninggal sebelumnya untuk memecahkan rekor itu.
Tidak Hilang Tiba-tiba
Terkait hilangnya Earhart dan Noonan tahun 1937 silam, Yayasan nirlaba arkeologi penerbangan The International Group for Historic Aircraft Recovery (TIGHAR) melaporkan hasil penelitiannya pada Jumat lalu. Mereka menyimpulkan Earhart dan Noonan kehabisan bahan bakar dan tidak dapat menemukan titik berhenti yang dijadwalkan selanjutnya, Pulau Howland.
Mereka melaporkan posisi dengan radio. Keduanya mendarat di atas karang Pulau Gardner, sebuah karang kecil atol yang kini dikenal sebagai Pulau Nikumaroro.
Berbekal bahan bakar yang tersisa, dia berusaha menyalakan mesin untuk mengisi baterai. Mereka memberi sinyal darurat selama beberapa hari hingga pesawat bermesin ganda Lockheed Electra tersapu gelombang tinggi.
TIGHAR menggunakan peralatan yang tidak tersedia pada 1937 yakni sistem manajemen informasi digital, perangkat lunak pemodelan antena, dan program radio propagasi analisis gelombang. Tim ini menyimpulkan 57 dari 120 sinyal dilaporkan kredibel untuk memastikan posisi terakhir Earhart di Pulau Nikumaroro.
"Amelia Earhart tidak tiba-tiba menghilang pada 2 Juni 1937," ujar Direktur Eksekutif TIGHAR, Richard Gillespie kepada Discovery News.
"Panggilan
radio darurat diyakini telah dikirim dari pesawat hilang yang
mendominasi pemberitaan dan pencarian Penjaga Perbatasan Amerika
Serikat dan Angkatan Laut," imbuhnya seperti dilansir dari Csmonitor.com.
Teka-teki menghilangnya Earhart sempat menimbulkan spekulasi perempuan ini dibawa oleh alien. Earhart dikabarkan telah melakukan kontak dengan pesawat ruang angkasa asing. Menurut Wyrdology, Earhart ditiup dari langit atau diculik. Bahkan, ada episode Star Trek Voyager yang mendukung ide ini. Tapi, hasil analisa penemuan sisa bangkai pesawat beberapa tahun lalu oleh penduduk pulau Pasifik bisa mematahkan dugaan sebelumnya.
"Analisis artefak, faunal, dan data yang dikumpulkan selama ekspedisi berlangsung pada titik ini mendukung hipotesis sisa bangkai pesawat yang ditemukan di lokasi pada 1940 itu milik Amelia Earhart," ujar juru bicara TIGHAR.
Temuan yang dilaporkan pada 1940 termasuk pisau saku bergagang tulang yang biasa dibawa Earhart, bagian sepatu laki-laki dan perempuan, resleting yang diproduksi pada era 1930-an, bedak perempuan, dan pecahan botol salep bintik wajah Dr.Berry. Earhart diketahui tidak menyukai bintik pada wajahnya.
Pada Juli, peneliti TIGHAR kembali ke daerah Earhart dan Noonan diperkirakan menghabiskan hari terakhirnya. Mereka mencoba mendeteksi pesawat terkenal yang tersapu dari terumbu karang Pasifik pada 1937.
Earhart mendekati ulangtahun ke-40 pada 1937 ketika dia menerima tantangan finalnya. Dia ingin menjadi perempuan pertama yang dapat terbang keliling dunia. Kendati upayanya gagal pada Maret, pesawatnya yang rusak berat dibangun kembali.
"Saya merasa masih ada satu kesempatan penerbangan terbaik yang bisa dijalankan sistem saya. Saya berharap perjalanan ini menjadi yang terbaik," ujar Earhart.
Pada 1 Juni, Earhart bersama pengarah navigasi Fred Noonan berangkat dari Miami, AS untuk memulai perjalanan 29.000 mil. Peta yang tidak akurat pada masa itu menjadi tantangan Noonan.
Pada pukul 10.00 pagi waktu lokal, nol waktu Greenwich pada 2 Juli, pasangan ini tetap terbang kendati hujan.
"Bahan bakar hampir habis. Tidak bisa menghubungi Anda melalui radio. Kami terbang pada ketinggian 1.000 kaki," ujar Earhart dalam pesan yang ditangkap ITASCA pada pukul 07.42 pagi waktu setempat.
Pukul 08.45, Earhart memberikan laporan terakhirnya, "Kami berjalan ke utara dan selatan." Setelah itu, tidak ada lagi kabar yang terdengar dari Earhart. (umi)
Teka-teki menghilangnya Earhart sempat menimbulkan spekulasi perempuan ini dibawa oleh alien. Earhart dikabarkan telah melakukan kontak dengan pesawat ruang angkasa asing. Menurut Wyrdology, Earhart ditiup dari langit atau diculik. Bahkan, ada episode Star Trek Voyager yang mendukung ide ini. Tapi, hasil analisa penemuan sisa bangkai pesawat beberapa tahun lalu oleh penduduk pulau Pasifik bisa mematahkan dugaan sebelumnya.
"Analisis artefak, faunal, dan data yang dikumpulkan selama ekspedisi berlangsung pada titik ini mendukung hipotesis sisa bangkai pesawat yang ditemukan di lokasi pada 1940 itu milik Amelia Earhart," ujar juru bicara TIGHAR.
Temuan yang dilaporkan pada 1940 termasuk pisau saku bergagang tulang yang biasa dibawa Earhart, bagian sepatu laki-laki dan perempuan, resleting yang diproduksi pada era 1930-an, bedak perempuan, dan pecahan botol salep bintik wajah Dr.Berry. Earhart diketahui tidak menyukai bintik pada wajahnya.
Pada Juli, peneliti TIGHAR kembali ke daerah Earhart dan Noonan diperkirakan menghabiskan hari terakhirnya. Mereka mencoba mendeteksi pesawat terkenal yang tersapu dari terumbu karang Pasifik pada 1937.
Earhart mendekati ulangtahun ke-40 pada 1937 ketika dia menerima tantangan finalnya. Dia ingin menjadi perempuan pertama yang dapat terbang keliling dunia. Kendati upayanya gagal pada Maret, pesawatnya yang rusak berat dibangun kembali.
"Saya merasa masih ada satu kesempatan penerbangan terbaik yang bisa dijalankan sistem saya. Saya berharap perjalanan ini menjadi yang terbaik," ujar Earhart.
Pada 1 Juni, Earhart bersama pengarah navigasi Fred Noonan berangkat dari Miami, AS untuk memulai perjalanan 29.000 mil. Peta yang tidak akurat pada masa itu menjadi tantangan Noonan.
Pada pukul 10.00 pagi waktu lokal, nol waktu Greenwich pada 2 Juli, pasangan ini tetap terbang kendati hujan.
"Bahan bakar hampir habis. Tidak bisa menghubungi Anda melalui radio. Kami terbang pada ketinggian 1.000 kaki," ujar Earhart dalam pesan yang ditangkap ITASCA pada pukul 07.42 pagi waktu setempat.
Pukul 08.45, Earhart memberikan laporan terakhirnya, "Kami berjalan ke utara dan selatan." Setelah itu, tidak ada lagi kabar yang terdengar dari Earhart. (umi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar